Sabtu, 22 Januari 2011

Kemakmuran (semu)

~(saat naik taksi)~
" pak, bensin lagi naek ya pak? argonya naek juga ga pak"

"iya nih dek, lagi mahal bgt bensin, mana setoran harus banyak..dasar pemerintah sekarang ga becus ngurus rakyatnya, sampe pada sengsara ky gini, ga kaya jaman nya Pak Soeharto kmren"

"emangnya kenapa sama jamannya Pak Harto pak?"

" jaman pak harto dulu mah bapak ni makmur dek, tukang becak aja makmur, harga murah. pokoke enak deh.."
   Ketika rakyat merasa tak terpuaskan oleh segala kebijakan pemerintah, merekapun mulai berceletuk bahwa betapa buruknya pemerintah mereka itu, ya mungkin sekedar hanya bisa berceletuk, tak bisa melakukan apapun, karena mereka hanya bisa menerima segala keputusan dari pihak yang disebut pemerintah, itupun karena mereka tidak memiliki jatah untuk mengelola negara ini, mereka juga tak ingin repot, hanya diam, tak berkontribusi untuk melakukan perbaikan, padahal negara ini negara demokrasi, dimana Montesquieu, John Locke dan JJ Rousseau mengatakan bahwa rakyatlah yang sebagai Aktor utama.
    Indonesia dengan bangga mengatasnamakan demokrasi, hampir dalam segala hal, tapi nyatanya tidak ada nilai-nilai demokrasi  yang tumbuh di tanah subur ini. Dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat, tapi rakyat Indonesia, dimanakah kalian wahai rakyat? apakah kalian yang selama ini mengelola negeri kalian sendiri? kontribusi apa yang telah kalian ciptakan? berbagai demonstrasikah? kerusuhankah? berbagai macam tindak anarkismekah? hanya itukah yang kalian beri untuk negeri yang miskin ini? miskin? kata siapa negeri ini miskin? negeri ini kaya raya! hanya rakyatnya saja yang miskin, mengenaskan.


   Supir taksi hanya bisa menerima segala kebijakan pemerintah lalu berkomentar atas kebijakan itu, mungkin karna berbagai keterbatasan hingga ia hanya mampu berkomentar atas pemerintahnya, ia dengan yakin mengatakan bahwa rezim Soeharto adalah terbaik selama ia hidup, ia merasa sejahtera, ia merasa dimakmurkan, tetapi faktanya ia tak mengerti, bahwa yang membuat ia sulit saat ini adalah kemakmuran(semu) yang telah ia dapatkan dahulu, andaikan ia tahu bahwa idolanya itu, Seoharto, meminjam uang pada dunia untuk memakmurkan rakyatnya hanya pada masa pemerintahannya, lalu melimpahkan beban hutang tersebut pada pemerintahan selanjutnya, mungkin jika ia tahu akan hal ini, ia akan mengutuk habis-habisan idolanya tersebut karna telah membuat dirinya kini merasa sulit menjalani hidup.
   Andai saja rakyat Indonesia sadar bahwa hanya merekalah yang dapat menentukan kemana negeri ini melangkah, maju atau mundur, membaik atau malah makin terpuruk? hanya aku, kamu dan mereka, ya hanya kita yang bisa menentukan, hakikatnya para pejabat pemerintah hanyalah sebuah fasilitator untuk kita saat mencapai suatu titik keputusan dalam menentukan langkah kita, mungkin untuk hari kemarin kita masih menghisap jempol, menete pada pemerintah, tapi untuk hari ini, marilah kita merangkak, berjuang untuk dapat berdiri kemudian berlari membawa bendera negeri ini ketempat yang lebih tinggi. Majulah Kawanku, Majulah Indonesiaku.

Rabu, 05 Januari 2011

Untitled

hi world, i'm here to screaming, to crying, to learning, and to sharing with all part of life. and this is my word