Rabu, 09 Februari 2011

DO'A

Ya Allah…
Aku memohon sedikit saja dari-Mu,
meskipun sesungguhnya yang kubutuhkan dari-Mu begitu banyak
dan Engkau sama sekali tidak membutuhkannya,
dari dulu hingga kapan pun… 
Bagiku, yang kupinta ini sangatlah banyak,
sedangkan bagi-Mu teramat kecil. 

Ya Allah ampunan-Mu atas dosaku,
pengabaian-Mu atas kesalahanku 
serta maaf-Mu atas kezalimanku, 
juga penutupan-Mu atas keburukan amalku,
kemurahan-Mu atas berbagai kejahatanku, 
baik yang sengaja maupun yang tidak sengaja kulakukan, 
semuanya mendorongku untuk meminta dari-Mu 
sesuatu yang sejatinya tidak layak bagiku, 
yang Engkau karuniakan kepadaku karena Kasih Sayang-Mu, 
Engkau perlihatkan karena kekuasaan-Mu 
dan Engkau perlihatkan berbagai wujud penerimaan-Mu. 

Sekarang,
aku berdoa kepada-Mu dalam keadaan aman, 
Kumohon kepada-Mu dalam keintiman dengan-Mu, 
tiada rasa takut dan khawatir yang berlebihan terhadap-Mu 
atas apa yang kumohonkan kepada-Mu
Jika yang diminta terlambat dikabulkan,
aku mencela-Mu karena kebodohanku
Padahal, 
boleh jadi keterlambatan itu lebih baik bagiku 
karena Engkau mengetahui akibat berbagai urusan,
Aku tidak melihat Tuan yang lebih dermawan dan sanggup bersabar menyikapi hamba yang kikir ini ketimbang Engkau. 

Wahai Rabb-ku, 
Engkau menyeruku namun aku justru berpaling dari-Mu
Engkau berupaya mencintaiku meski aku membuat-Mu membenciku 
Engkau berupaya mengasihiku meski aku justru menghindari-Mu 
Tampaknya aku terlalu berani kepada-Mu 
Namun hal itu tidak menghalang-halangi-Mu untuk tetap mengasihi, menyayangi dan berbuat baik kepadaku. 

Kasihilah hamba-Mu yang banyak salah ini 
Karuniailah aku dengan kebaikan-Mu 
Sesungguhnya Engkau Maha Dermawan lagi Maha Pemurah 

Imam Ali as

Diakah Guru ?

      Berjalanlah aku, pulang menerjang hujan, terpaksa. dengan membonceng kawan yang tak sengaja bertemu dijalan. ternyata hujan sepertinya hari ini semangat sekali untuk membasahi seluruh kota Jogja dengan air murninya dari langit, dan keputusanku pun bulat untuk berteduh si sebuah tempat.
kami pun berteduh pada suatu bank yang baru saja menutup operasinya. 5menit, 10menit, 15menit pun berlalu dengan menatap hujan yang makin tak lelahnya membasahi kota pelajar ini, terdengar suara memanggil namaku dari jarak 5langkah dari tempat dudukku lalu ia berkata,
"gimana kalo kita pindah tempat berteduh ke warung bakso, sekalianlah ngangetin badan, makan bakso sama teh panas..."
tanpa pikir panjang langsung ku nyalakan mesin dan menuju konter bakso terdekat.
"mas bakso 2 porsi sama teh anget 2"
beberapa menit kemudian, kami sudah khusyu' dengan mangkok bakso kami masing-masing, kadang bercanda dan berdebat tentang sambal yang ada dihadapan kami
"eh jangan banyak-banyak sambelnya, kasian tukang baksonya, cabe lagi mahal"
"kalo udah di sediain disini, berarti kita disuruh makan ni sambel"
tiba-tiba, gubraak..

      Tertegun mendengar suara tersebut, belum saja tertelan bakso yang ada dalam mulut, langsung ku berdiri menuju sumber suara, ternyata benar, motorku tertabrak oleh sebuah mobil sedan putih yang didalamnya terdapat seorang bapak-bapak setengah baya memegang stir, dengan 4 orang wanita berwajah umur sekitar 35 yang berdiri di samping mobil lagi tercengan melihat mobil mereka menabrak sebuah motor.
Aku diam, sengaja, menunggu bapak yang berada dalam mobil tersebut keluar dan bertanggung jawab untuk mengembalikan keadaan motorku seperti semula, 1detik, 2detik, 3detik, 4menit, dan bapak itu tak kunjung keluar, menyebalkan, pasti.
      Terpaksa aku menghantam air hujan yang derasnya bukan main, lalu mengembalikan posisi motor seperti semula, mereka hanya melihatku, saling berbisik lalu salah satu dari merek berucap
"lagian motornya standarnya miring sih, coba kalo ga miring, ga akan jatuh"
"what?? i'm sorry, what you say maam?" sontak hati ku langsung merespon, ya, hanya hati yang berucap, sedangkan lidahku terlipat rapat dan kebencian mulai merambat ke seluruh saraf, terlebih kepada seorang bapak yang menggenggam setir mobil, tidakkah ada kata tanggung jawab dalam otaknya?

sekali lagi, mereka hanya melihatku!! menyedihkan sekali adegan ini.

      Cih, aku mengenal seragam yang mereka kenakan, seragam nasional berbasis Departemen Agama yang 'katanya' dipakai oleh para orang yang menyebut dirinya seorang GURU, pantaskah mereka disebut guru? mengajarkan akhlaq dan etiket pada ratusan bocah di sekolah, ternyata mereka sendiri tak beretiket, kasihan  seragam itu, terusik labelnya karna tingkah menjijikan mereka.

      Terpikir sesaat, pantaskah jika ku generalisasikan tingkah laku mereka pada seluruh guru di Indonesia ini? jika pantas, untuk kesekian kalinya akan ku ucapkan kata "menyedihkan".
Terdengar berita banyak guru yang meminta gajinya dinaikkan, fasilitas hidupnya di perhatikan. memang benar 2hal itu patut di perhitungkan karna mereka adalah para pahlawan penyalur ilmu, penghormatan yang tinggi pantas mereka dapatkan. Tetapi bagiku, hal ini akan melunturkan slogan mereka "Guru, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa", dimanakah letak tanpa tanda jasanya?

Kepada semua guruku dan seluruh guru Indonesia, Terima Kasih ku ucapkan
      Terlepas dari semua yang telah terjabarkan, keyakinanku kembali pada titik awal, guru adalah sosok yang luar biasa, mengajar dengan keikhlasan dan senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya, walau pernah kurasakan rasa sakit di kepalaku karna mendapat pukulan sebuah buku oleh guru wanita ketika ku berada di sekolah dasar, tak apalah, mungkin itu termasuk materi dalam pelajaran. ku tata kembali akal sehatku, tak pantas untukku menggeneralisasikan sesuatu, terlebih suatu yang bernilai buruk, toh selama ku mengenyam pendidikan, hampir tak pernah ku temukan guru berperangai buruk, tutur katanya tak pantas, jelas mereka berbudi luhur. Sisi positifku pun beropini "mungkin sekarang mereka sedang melepas jabatannya sebagai guru, hanya saja mereka lupa untuk melepas seragamnya. mereka juga sama dengan orang pada umumnya yang setiap dalam diri tidak hanya sisi positif yang bekerja"

       Usai mengembalikan posisi motorku yang tertabrak, dengan cepat ku kembali pada sebuah mangkuk bakso yang telah berkurang kadar panasnya, sadar akan tatapan iba semua orang pengunjung konter bakso terhadapku atas perlakuan 5 orang berseragam guru itu, dengan terpaksa ku pasang wajah ku seolah memberi pesan kepada mereka " aku tak apa kawan, makanlah bakso kalian, bakso ini sungguh lezat"